“Udah, jangan khawatir. Semangat!”
“Yang sabar ya, kamu pasti bisa!”
Siapa Teman Tabula yang pernah mendengar kalimat seperti di atas?
Kita sering ingin menjadi positif kepada orang lain ketika mereka sedang kesulitan.
Namun, apa yang kita maksud sebagai positif untuk orang lain, belum tentu dipersepsikan sama pada orang lain.
Pada akhirnya, kata-kata yang kita sampaikan malah membuat orang lain merasa tidak nyaman dengan kita.
Hal ini dinamakan toxic positivity.
Lalu, bagaimana toxic positivity bisa terjadi?
Apa yang membedakan toxic positivity dengan positive thinking?
Daripada bingung, yuk, sharing dengan Kak Rania yang memiliki pengalaman yang serupa.
Akan ada banyak insight bermanfaat yang bisa didapatkan!
Estimasi Durasi Belajar:
60 menit.
Tentang Sertifikat:
Tanpa Sertifikat.